Kalimat Panjang Yang Salah Maksud
Begitu tingginya insidens sumbing bibir dan langit-langit, berkisar 1:1000 kelahiran hidup, dengan sebab-sebab yang hingga kini belum dapat dipastikan, menyebabkan anak yang terlahir dengan kondisi sumbing terus ada, walaupun telah dilakukan operasi secara massal dari waktu ke waktu.
Kalimat di atas tertuang sebagai kalimat pertama bab pendahuluan dalam suatu usulan penelitian. Bila kita membaca sambil lalu kalimat tersebut, maka biasanya kita merasa sudah mengerti isi kalimat di atas. Saya tidak melakukan survey tentang retensi informasi yang ada dalam benak pembaca, tetapi barangkali anda sepakat dengan saya bahwa pembaca akan menyimpan informasi insidens sumbing 1:1000 kelahiran hidup dalam memorinya setelah membaca kalimat tersebut.
Mari kita membahas lebih lanjut informasi apa saja yang terkandung dalam kalimat tersebut. Pertama kali kita perlu meneliti untuk mengetahui subyek dan predikat kalimat. Subyek kalimat cukup sulit dipastikan karena menggunakan kata begitu. Biasanya kata begitu digunakan untuk pengungkapan ekspresif dalam bahasa tulis non akademik, tidak ilmiah, atau lisan. Tanpa kata begitu, tingginya insidens sumbing bibir dan langit-langitmenjadi subyek kalimat, sementara predikat kalimat tersebut adalah menyebabkan anak yang terlahir dengan kondisi sumbing terus ada. Frase-frase lain dalam kalimat tersebut yang meliputi 1) berkisar 1:1000 kelahiran hidup, dan 2) dengan sebab-sebab yang hingga kini belum dapat dipastikan berfungsi sebagai keterangan subyek yang memberikan penjelasan tentang subyek kalimat. Frase walaupun telah dilakukan operasi secara massal dari waktu ke waktu berfungsi sebagai keterangan predikat. Dengan demikian inti kalimat tersebut adalah Tingginya insidens sumbing bibir dan langit-langit menyebabkan anak yang terlahir dengan kondisi sumbing terus ada.
Kita menjadi mengerti sekarang bahwa penulis tidak menyajikan informasi yang adekuat melalui kalimat yang dibuatnya. Apakah Anda sepakat sekarang dengan penulis bahwa tingginya insidens sumbing bibir dan langit-langitlah yang menyebabkan anak yang terlahir dengan kondisi sumbing terus ada? Tentu saja bila angka kejadian sumbing tinggi, maka akan terdapat banyak penderita sumbing tanpa perlu dikaji logika hubungan sebab akibatnya. Apa hubungannya dengan pernyataan terus ada? Tidak terdapat kaitan logis bukan? Bukan insidensnya yang menyebabkan bayi sumbing terus bertambah melainkan faktor-faktor penyebab sumbinglah yang menyebabkan mereka terlahir. Dengan demikian pembaca yang tidak jeli tidak akan menyadari makna kalimat yang seolah-olah baik itu dan hanya akan meretensi besar angka kejadian sumbing dalam memorinya.
Saya mencoba memahami maksud yang ingin disampaikan penulis melalui kalimat di atas. Tingginya angka kejadian sumbing (ditambah dengan rendahnya status sosial-ekonomi keluarga penderita, sedikitnya jumlah dokter spesialis bedah plastik beserta sebarannya yang mengelompok di hanya beberapa kota besar di Indonesia) mendorong para pemerhati kasus sumbing untuk menyelenggarakan kegiatan karitatif berupa operasi rekonstruksi untuk menolong penderita. Namun upaya kegiatan karitatif tersebut belum dapat menjangkau semua penderita sumbing karena besaran kuantitatifnya belum sebanding dengan besaran jumlah penderita sumbing yang memang berinsidens tinggi. Penderita sumbing masih akan terus di jumpai di Indonesia karena akumulasi jumlah mereka yang belum tertolong yang notabene sangat besar di tambah dengan jumlah penderita baru yang terus hadir setiap waktu berjalan. Bila memang maksud penulis seperti yang terurai tersebut, maka kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi: Walaupun kegiatan operasi karikatif secara massal dilaksanakan dari waktu ke waktu, penderita sumbing bibir dan langit-langit masih akan terus dijumpai mengingat insidensnya yang tinggi dan keterbatasan kuantitatif operasi massal tersebut.
Bila kita hendak memasukkan frase-frase keterangan seperti yang ingin disampaikan penulis, maka kita dapat membuatnya menjadi: Walaupun kegiatan operasi karikatif secara massal dilaksanakan dari waktu ke waktu, penderita sumbing bibir dan langit-langit masih akan terus dijumpai mengingat insidensnya yang tinggi – berkisar 1:1000 kelahiran hidup – dan sebab-sebab yang hingga kini belum dapat dipastikan, serta keterbatasan kuantitatif operasi massal tersebut. Dalam format berbeda susunan frase dalam predikat dapat diubah untuk memudahkan pemahaman pembaca menjadi: Walaupun kegiatan operasi karikatif secara massal dilaksanakan dari waktu ke waktu, penderita sumbing bibir dan langit-langit masih akan terus dijumpai mengingat keterbatasan kuantitatif operasi massal tersebut dan insidens sumbing yang tinggi-berkisar 1:1000 kelahiran hidup-, serta sebab-sebab yang hingga kini belum dapat dipastikan.
Dalam hemat saya kalimat panjang harus disertai dengan perhatian lebih penulisnya dalam menyusun hubungan antar frase-frase dan pemilihan kata-kata. Saran sederhana untuk menghindari kesalahan pembuatan kalimat panjang yang salah maksud adalah penulis dianjurkan untuk memecah kalimat tersebut menjadi beberapa kalimat. Tujuannya adalah agar apa yang ingin disampaikan dapat dipahami pembaca dangan maksud yang sama persis seperti yang dikehendaki penulis. Dengan demikian tidak terdapat lagi jargon: maksud saya begitu bukan begini, sementara yang tertulis bermakna begini dan bukan begitu.
Theddeus O.H. Prasetyono
(Dipublikasikan ulang dengan izin dari Jurnal Ilmu Bedah Indonesia)