top of page

Peran Kita dalam Perjalanan Sejarah Ilmu Kedokteran Bedah

Penampilan dasar edisi kali ini masih mengikuti gaya khas Jurnal Ilmu Bedah Indonesia seperti edisi-edisi sebelumnya yang tentunya sudah kita ketahui bersama bahwa susunan pengurus dan dewan redaksi sudah mengalami perubahan. Tentu perubahan kepengurusan itu dengan disertai tugas berat demi melihat kenyataan bahwa penerbitan jurnal sudah mengalami keterlambatan selama satu tahun penuh atau berarti 4 nomor tertinggal dari waktu yang sudah berjalan. Dalam rapat kerja pertama kepengurusan baru pada 10 Januari 2005, redaksi menyadari bahwa dalam waktu secepatnya jurnal sudah harus menerbitkan 4 nomor edisi 2004 yang ditetapkan untuk memperbaiki kualitas dengan memertahankan gaya cetaknya.

Kendala terbesar upaya mengejar ketertinggalan adalah sedikitnya jumlah naskah yang layak terbit. Di masa itu jumlah naskah dalam lemari redaksi hanya tersedia untuk satu nomor terbitan; itupun masih harus disertai beberapa perbaikan yang harus dilakukan oleh para penulisnya. Tekad untuk menyelesaikan terbitan setahun dalam waktu 4 bulan pada akhirnya baru terlaksana setelah hampir 6 bulan. Seluruh anggota dewan redaksi berupaya keras menjaring tulisan karya para pembaca utama yang notabene adalah para pakar di bidang ilmu bedah. Nomor ini adalah nomor penutup edisi tahun 2004 yang merupakan buah kerjasama seluruh komponen pemilik Jurnal Ilmu Bedah Indonesia. Saya sebut pemilik dengan mengambil arti yang luas yaitu dengan melibatkan para kontributor naskah dan para pembaca. Terima kasih kepada anda semua pemilik Jurnal Ilmu Bedah Indonesia.

Satu hal baru yang mencolok pada terbitan kali ini adalah pencantuman label akreditasi jurnal yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang memberikan penilaian A sebagai rank tertinggi penilaian kelayakan sebuah jurnal ilmiah di negara kita. Jadi dengan demikian pengurus memiliki beban berat untuk dapat memertahankan dan bahkan memperbaiki kualitas dan kuantitas jurnal kita ini. Apakah upaya tersebut dapat dikerjakan sendiri oleh pengurus? Jawabannya sudah dapat saya pastikan: tidak! Jurnal ini memerlukan sumbangsih kita bersama, para pemilik jurnal, melalui pekerjaan menulis karya ilmiah yang berbasiskan pengamatan dan pekerjaan sehari-hari. Tentu saja pekerjaan tulis itu akan dapat tercapai dengan baik bila kita selalu menerapkan pola pikir kritis dan berbudaya ilmiah. Pola pikir kritis dapat dicapai melalui langkah sederhana dengan selalu menengok referensi melalui penerapan ilmu kedokteran berbasis bukti. Setidaknya kita dapat memperbaiki karya kita di masa mendatang dengan selalu melakukan kritik terhadap diri sendiri.

Salah satu stimulan bagi kita semua untuk mau menulis karya ilmiah adalah melalui ide sederhana dalam percakapan sehari-hari: berlatih, berlatih, dan berlatih! Pekerjaan menulis di bidang ilmiah ini tidak berbeda dangan menulis di bidang populer atau sastra yang juga membutuhkan kemauan dan perhatian. Hal yang patut dijadikan stimulan juga adalah ide bahwa dengan kita menulis, berarti kita juga ikut berperan dalam perjalanan sejarah ilmu kedokteran. Sekali saja kita memiliki sebuah karya yang baik dan bermutu tinggi, tulisan dan nama kita akan mewarnai kasanah ilmu kedokteran, tanpa memedulikan seberapa sempit bidang ilmu itu. Pada masanya yang tepat, dalam jangka pendek maupun jangka panjang, orang lain dan generasi mendatang akan melihat, belajar dari, dan menyitir karya kita. Sitasi dalam dunia ilmiah mutlak harus disertai dengan pencantuman sumber bacaan yang pada suatu ketika memunculkan karya kita! Dengan demikian tugas bersama kita adalah membangun ide untuk ikut menyemarakkan perjalanan sejarah ilmu kedokteran bedah melalui karya-karya ilmiah sepanjang hidup.

Dewan redaksi jurnal kita ini sudah menetapkan tekad untuk dapat membawa Jurnal Ilmu Bedah Indonesia ini sebagai pilihan utama publikasi karya ilmiah para ilmuwan yang terkait dengan perkembangan ilmu bedah di Indonesia. Keterbatan ilmuwan kita untuk dapat menembus saringan redaksi jurnal-jurnal ilmiah internasional yang ternama akan memeroleh pematusannya dengan mengalirkan karya mereka ke dalam publikasi Jurnal Ilmu Bedah Indonesia yang akan segera mencapai gengsi tertingginya dengan bantuan kita bersama.

Tiga tahun mendatang ini akan merupakan juga masa peralihan untuk menampilkan Jurnal Ilmu Bedah Indonesia dalam bentuknya yang berwajah internasional. Dengan kesadaran penuh, dewan redaksi menyadari bahwa tekad ini akan menuai kritik. Belum lagi masyarakat bedah Indonesia ini sanggup mewujudkan karya-karya ilmiahnya dengan teratur, sudah ditambahi dengan beban harus menulis dalam bahasa Inggris!? Mau sok bergaya internasional? Jawabannya: tidak! Dalam dunia publikasi, selayaknyalah kita bertekad untuk memberikan yang terbaik dari diri kita; dan yang terbaik itu kita pacu untuk dapat ikut berkarya dalam kancah internasional karena hanya dengan cara demikianlah dunia internasional akan melihat keunggulan sumber daya manusia Indonesia! Apakah kita tidak mau ikut bersama-sama berjuang memperbaiki citra bangsa kita? Dalam keterpurukan bangsa ini, kita tunjukkan bahwa manusia-manusia yang berkarya dalam dunia kedokteran bedah adalah manusia-manusia unggul yang layak diperhitungkan pendapat ilmiahnya berdasarkan karya-karya ilmiahnya! Assessment-assessment dan operasi-operasi hebat dan bagus akan lebih mudah diketahui kualitasnya dan kuantitasnya melalui publikasi ilmiah; tidak hanya karya operasi yang disimpan dalam saluran perbincangan dari mulut ke mulut maupun karya ilmiah yang hanya tersimpan dalam lemari koleksi pribadi atau perpustakaan terbatas tanpa keterbukaan akses bagi masyarakat luas dunia ilmiah. Selamat berkarya!

(dipublikasikan ulang dengan izin dari Jurnal Ilmu Bedah Indonesia)

Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page